XPOSNEWS.com, (Leuwiliang) - Dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional 2016 yang jatuh pada tanggal 21 Februari 2016 hari minggu kemarin, komunitas dari Earth Hour Bogor mengadakan kunjungan ke TPA Galuga yang disambut hangat oleh seluruh anggota Galuga Center (@galuga_center) yang diketuai oleh Wardi Wardiansyah, Sandi M. Ilham dan Adha.
Adapun kunjungan tahun ini ke TPA Galuga, faktanya TPA Galuga sebagai tempat pembuangan sampah dari Kota dan Kabupaten Bogor sudah begitu lama hampir 30 tahunan, hal ini membuat masyarakat sekitar sudah bosan dengan bau yang dikeluarkan oleh TPA tersebut. Pasalnya, tidak ada kompensasi yang memadai dari Kota dan Kabupaten Bogor untuk masyarakat di Desa yang terkena bau sampah yang di keluarkan oleh TPA Galuga belum lagi penyakit yang menjangkiti warga sekitar imbas dari tidak strerilnya lingkungan sekitar warga. Pembuangan sampah sehari dari 300 unit truk sampah dan per 1 unit mengangkut 7 kubik, 2 kali pengiriman per hari per truk, bayangkan berapa kubik setiap harinya sampah dibuang ke Galuga yang berasal dari Kabupaten dan Kota Bogor.
EarthHour Bogor berpendapat bahwa acara kunjungan kami @earthhourbogor dalam rangka memperingati hari bebas sampah nasional, dimana kami ingin mengetahui bagaimana kondisi TPA Galuga dan pengolahan sampah disana. Dan ternyata sangat amat miris karena pulau sampah yang membentang bahkan bergunung-gunung, yang bertujuan untuk melakukan tanya jawab dengan rekan-rekan dari GalugaCenter tentang sejarah dari TPA Galuga, dan melihat aktifitas warga sekitar, tujuannya agar kami dapat mengehtahui bagaimana keadaan di TPA Galuga dan bagaimana pengolahan sampahnya.
Kunjungan ini juga bertujuan Edukasi tentang fakta sampah khususnya di TPA karna itu hal yg baru khususnya anak-anak muda serta mempelajari tentang 3R (Reduse, Reuse, Recycle) dan tujuan acara ini adalah sebagai bentuk gerakan anak muda untuk menciptakan #IndonesiaBebasSampah2020
Masih ada banyak potensi yang bisa digali di Galuga selain sampah, yaitu untuk dapat mendoktrin masyarakat perkotaan karena faktanya sebuah permasalahan terliat dari akarnya untuk dapat mengetahui hal ini menjadi intens karena semangat anak muda yang tidak akan habis untuk bisa disalurkan. Ataupun sederhananya bagaimana memanfaatkan sampah yang masih bisa digunakan seperti halnya pembuatan pupuk kompos dari sampah organik.
Kami menghimbau khususnya pemerintah yang melakukan kunjungan ke TPA agar mengetahui dilapangan serta menemukan solusi konkrit yang bukan hanya menjadi panggung praktik politik saja. Sampah di TPA Galuga adalah sampah dari semua warga Bogor Raya baik kota maupun kabupaten, membuang sampah pada tempat sampah itu hanya sebagian kecil kepedulian kita. Hanya untuk tidak mengotori, namun yang paling penting adalah kita merupakan penyumbang sampah tersebut, karena apa yang kita konsumsi baiknya adalah yang ramah lingkungan. Untuk masyarakat lebih sering untuk mempraktekan dan memberi arahan akan pemilihan sampah rumah, seperti memilah milih sebelum dibuang.
Untuk pemda harus menggalakan perda tentang penekanan angka ramah lingkungan, dari sisi personal sisi industri sisi instansi sisi ekonomi. Dan sebaiknya masyarakat lebih bisa mengurangi sampah yang mereka sumbang setiap harinya. Dan memberikan sebuah ajakan yg dapat membangun masyarakat menjadi masyarakat yang peduli lingkungan dan mengerti terhadap sesama. Untuk pemda Sebaiknya pemda lebih bisa menanggulangi apa yg terjadi di TPA dan sebaiknya ada pemilihan sampah agr bisa diuraikan dengan baik dan bahkan bisa menghasilkan ekonomi kreatif juga.
Pendapat kami mengenai acara yang kami lakukan ke TPA Galuga adalah teguran keras untuk diri sendiri, karena sampah yang ada d TPA Galuga, adalah sebagian sampah dari apa yang saya konsumsi. Dan setelah saya mengikuti kegiatan ini saya berjanji mulai sekarang saya akan mengurangi sampah pribadi saya, dengan tidak menggunakan barang-barang yg menghasilkan sampah berlebih.
Kak Ramdhan menunjukkan komintmennya, Saya menjadi semakin berkomitmen kepada diri saya sendiri untuk mengurangi sampah pribadi. Karena jika ingin mengajak seseorang maka dari kitanya juga harus ada perubahan nyata. Kita sangat terbuka mata serta wawasan dan menjadi miris karna telah ikut menyumbang sampah yg ada di TPA Galuga ini dan berharap kita mampu berkomitmen mengurangi penggunaan sampah pribadi.
Menurut Kak Ficky, Sampai kapanpun SAMPAH tidak akan hilang, karena sampah ada karena manusia ada, pemerintah diharapakan dapat menangani permasalah ini dengan apapun caranya, dan pemerintah harus sadar jangan hanya fokus pada pembangunan yang dilihat indah dan bagus tapi masalah sebenarnya masih banyak.
Dan harapan besar bagi kami EarthHour Bogor terhadap pemerintah untuk menanggulangi sampah yang tiap harinya dikirim ke TPA Galuga yaitu sesegera mungkin untuk melakukan tindakan kepada penggiat industri yang menghasilkan barang dengan kualitas tinggi dan ramah lingkungan, agar nantinya meskipun sampah tapi sampahnya itu lebih mudah terurai, harus berani berinvestasi ke tempat pengolahan dengan alat-alat yang berstandar kelas ekslusif. Dan pemerintah mulai membuka mata dan mulai mengeluarkan perda untuk pengendalian sampah rumah tangga agar tiap kepala keluarga dapat memilah sampahnya terlebih dahulu untuk organik dan anongarnik serta menjadwalkan sistem angkut buang sampah kebak sampah untuk meminimalisir penumpukan sampah dibak sampah tersebut.
Tiap tahunnya, masing-masing kota di dunia setidaknya menghasilkan sampah hingga 1,3 miliar ton. Diperkirakan oleh Bank Dunia, pada tahun 2025, jumlah ini bertambah hingga 2,2 miliar ton.
Fakta tentang sampah nasional pun sudah cukup meresahkan. Sebuah penelitian yang diterbitkan di www.sciencemag.org Februari tahun lalu menyebutkan, Indonesia berada di peringkat kedua di dunia penyumbang sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka.
Menurut Riset Greeneration, organisasi nonpemerintah yang telah 10 tahun mengikuti isu sampah, satu orang di Indonesia rata-rata menghasilkan 700 kantong plastik per tahun. Di alam, kantong plastik yang tak terurai menjadi ancaman kehidupan dan ekosistem.
Permasalahan sampah tak bisa dianggap enteng. Sampah bisa menimbulkan bencana, seperti yang terjadi dalam tragedi longsornya sampah di Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, pada 21 Februari 2005 silam. Tragedi ini memicu dicanangkannya Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang diperingati tepat di tanggal insiden itu terjadi. Yang dikutip dari www.nationalgeographic.co.id dalam menyambut Hari Peduli Sampah Nasional 2016.
Dari hasil kegiatan kunjungan ini ada beberapa kutipan yang kami akan selalu ingat dari pengurus dan penggagas Galuga Center adalah,
Adha : Yuk kita mulai dari diri sendiri, bukan buang sampah pada tempatnya tapi buanglah sampah pada tempat sampah. Karena dimana kita membuang sampah disitulah tempat sampah tapi kita harus tahu mana tempat sampah yang sebenanarnya.
Sandi : Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Ini yang membuat misi-visi Galuga Center dibentuk. Membuka pola pikir masyarakat Galuga bahwa banyak yang perlu dibenahi dilingkungan masyarakat Galuga sekitar TPA.
Wardi : Selama manusia masih menghuni bumi, sampah itu akan tetap menenuhi bumi. Butuh 1000 tahun sampah plastik baru bisa terurai. Geraka kami dibentuk untuk membantu buka pola pikir masyarakat tanpa harus merubah kearifan lokal yang sudah ada sejak sebelum TPA Galuga dibangun.
“Galuga Center melakukan konsolidasi untuk menggalang masa asli warga Galuga lebih banyak lagi, untuk terus menyuarakan dan menuntut hak warga yang belum pernah direalisasikan selama 23 tahun lebih dengan adanya TPA Galuga” Direktur Galuga Center, W. Wardiansyah
Semoga semua harapan yang terbersit dari hati kecil kami tentang lingkungan dan masyarakat di pandang perlu oleh semua lapisan dan golongan masyarakat untuk kehidupan kita kelak. (CJ/Sambas Founder @urangBogorBarat)
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman berita setiap ada berita yang terbit di XPOS NEWS
Jika Anda menyukai Berita ini, Silahkan Print Berita Diatas
Print PDF
Posting Komentar