XPOSNEWS.com, (Bekasi) - Wakil Gubernur Jawa Barat meninjau secara langsung lokasi banjir yang diakibatkan oleh meluapnya Sungai Bekasi di Perumahan Pondok Gede Permai, Jl. Jatiasih Kota Bekasi pada Sabtu pagi (23/4).
Dalam peninjauan ini Deddy mengungkapkan, bahwa pangkal permasalahan dari bencana banjir ini adalah tata ruang atau Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dimana lokasi perumahan yang berada tepat di bawah aliran sungai.
"Pada dasarnya adalah substansi permasalahannya pada tata ruang, pemanfaatan tata ruang. Barangkali dulu disini mungkin tidak banjir karena masih banyaknya tanah atau daerah resapan. Tapi sekarang udah banyak rumah, tata ruangnya dulu mungkin belum ditata sedemikian rupa sehingga apakah ini (perumahan) layak untuk perumahan atau tidak,” ungkap Wagub.
“Nah itungannya sebenarnya (kondisi saat ini) permukaan air sungai di atas perumahan itu sendiri,” tambahnya.
Tata ruang merupakan hal yang sangat penting terutama di daerah perkotaan yang pembangunannya sangat pesat, sehingga menurut Wagub apabila pertumbuhan suatu kawasan tidak berdasarkan pada RDTR yang baik akan mengakibatkan bencana. Untuk itu, pada kesempatan ini Wagub pun sempat memberikan apresiasinya kepada dua daerah di Jawa Barat yakni Kota Bandung dan Kota Bekasi yang telah memiliki RDTR.
Selain itu, Wagub mengungkapkan banjir yang juga terjadi karena jebolnya tanggul Sungai Bekasi ini merupakan salah satu bencana yang diakibatkan oleh lemahnya koordinasi dari berbagai pemangku kepentingan, sehingga pihaknya ingin kedepan harus ada koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah.
“Barangkali ini salah satu bencana yang diakibatkan oleh kurangnya koordinasi, kapan harus membuka bendungan Bekasi dan kapan menutupnya. Karena kewenangan bukan pada daerah tapi pada pusat. Ini barangkali kinerja atau sinergitas antara daerah dan pusat yang perlu ditata kembali," kata Wagub.
Banjir di Kota Bekasi ini terjadi pada tanggal 21 April 2015 sekitar pukul 05.30 WIB. Banjir ini merendam tiga komplek perumahan, yakni Komplek IKIP – Perumahan Nasio Indah di Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih; Perumahan Mustika Gandaria Setu – Perumahan Lotus Chandra, Kelurahan Jatimurni, Kecamatan Pondok Melati; dan Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih.
Bencana ini mengakibatkan 500 unit rumah terendam dengan TMA 250-400 cm yang dihuni oleh 500 KK/4500 jiwa. Selain itu, akses jalan menjadi rusak karena terendam air, 3 unit rumah rusak ringan, serta 1 tanggul di Perumahan Pondok Gede Permai jebol.
Sementara itu, dalam peristiwa banjir Bekasi ini sempat dikabarkan tidak ada early warning system (sistem peringatan dini) sebelum banjir melanda. Namun, Walikota Bekasi Rahmat Effendi menampik kabar itu dan mengungkapkan bahwa sudah ada peringatan dini yang disampaikan kepada masyarakat sebelum banjir terjadi.
“Early warning system di Cileungsi sudah, terus di Jagorawi juga sudah. Hanya memang yang perlu disampaikan ya sudahlah buka bendung itu serahkan ke Pemerintah Kota Bekasi, operasionalnya Pemerintah Kota Bekasi – saya jamin lah itu 24 jam, saya tempatkan di Cileungsi, Jagorawi tapi pembiayaannya tetap pusat,” harap Rahmat.
Rahmat pun menjelaskan bahwa hulu Sungai Bekasi ini ada di Hambalang dan Bukit Sentul di Kabupaten Bogor. Ia mengatakan sebelum bencana ini terjadi, hujan besar sempat melanda daerah Hambalang, Sentul, dan Jagorawi pada pukul 02.00 – 06.00 WIB, sehingga 5 jam kemudian Sungai Bekasi pun meluap.
“Dari sana ada kabar curah hujannya sudah sedemikian rupa tapi bendung itu jam 7 baru dibuka, itu pun maksa-maksa bukanya. Jam 8 ya kiamat sugra seperti ini. Jadi memang di hulunya pun sudah rusak kan kondisi lahan, bukit, ekosistem. Kita disini tidak hujan,” papar Rahmat.
Wagub pun mengingatkan kembali bahwa harus dilakukan mitigasi bencana kepada masyarakat, melalui sosialisasi dan edukasi atau bahkan menurutnya rekayasa teknologi dan rekayasa sosial khususnya kepada masyarakat yang ada di daerah rawan bencana. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dampak bencana yang bisa terjadi.
“Ada tiga (pilihannya), memindahkan bencana dari manusia, atau memindahkan manusia (relokasi) dari bencana, atau hidup harmoni dengan bencana, atau juga sekarang kita bisa rekayasa teknologi dan rekayasa sosial. Seperti mitigasi bencana juga harus ada di Kota Bekasi. Jadi mengedukasi masyarakat untuk mengurangi resiko bencana, jadi kaitannya dengan early warning system tadi. Dikasih early warning system tapi masyarakatnya juga ga mau ngapa-ngapain juga susah,” pungkas Wagub.
Hingga saat ini Pemprov Jawa Barat melalui BPBD Jawa Barat telah mendistribusikan bantuan logistik untuk para korban, seperti makanan siap saji, pakaian, selimut, handuk, alat kebersihan, dan peralatan pengolah tanah seperti cangkul, skop, garpu, pengki, dan sebagainya. (HPP Jabar/Frida)
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman berita setiap ada berita yang terbit di XPOS NEWS
Jika Anda menyukai Berita ini, Silahkan Print Berita Diatas
Print PDF
Posting Komentar