NEWS TICKER

Citizen Journalism

Dari Desa

Pariwara

Hukum

Kriminal

Ekobis

Otomotif

Teknologi

Twitter


Rabu, 02 Maret 2016

Say No To Plastic, Bukan Untuk Plastik Bayar


XPOSNEWS.com, (Bogor) - Berbelanja di ritel atau supermaket seakan menjadi gaya hidup bagi masyarakat kebanyakan. Selain kenyamanan, dengan berbelanja di supermaket pembeli akan mendapatkan kantung plastik berlabel toko tersebut. Dan tanpa disadari itu membentuk sedikitnya paradigma dalam menaikan strata ekonomi seseorang bila dibandingkan dengan berbelanja di warung yang hanya berkantong plastik hitam. Namun, apa jadinya bila kini plastik di supermarket harus dikenakan biaya? Akankah masyarakat tetap membayar atau memilih tidak menggunakan plastik?

Obsesi pemerintah pusat untuk  mengurangi sampah di masa depan, terutama sampah plastik, melahirkan kebijakan baru. Tepat tanggal 21 Februari lalu, pemerintah pusat meluncurkan Gerakan Plastik Berbayar yang diikuti 23 kota se-Indonesia, salah satunya Kota Bogor. Sejak diluncurkan, pro kontra di kalangan masyarakat atas kebijakan ini mulai muncul. Hal ini bukan tanpa alasan, masyarakat terutama pembeli di sejumlah ritel seringnya langsung ditawari membeli plastik seharga 200 rupiah tanpa diedukasi terlebih dahulu untuk membawa tas daur ulang dari rumah.

Melalui pengecekan langsung, penulis mendapati, kasir salah satu supermaket (Superindo, red) yang berlokasi di Jembatan Merah langsung memberitahu pembeli jika sedang ada program Go Green dengan mengurangi penggunaan kantung plastik. Karena hanya membeli dua buah minuman, kasir menaruh barang belanjaan tersebut pada sebuah plastik transparan lengkap dengan tali diatasnya secara gratis sebagai pengganti kantung plastik. "Nanti dari rumah bisa bawa plastik atau tas sendiri," ujar kasir laki-laki itu.

Lanjut ke sebuah minimarket (Indomaret, red) yang berdekatan dengan Pusat Grosir Bogor (PGB). Kasir laki-laki di convenient store tersebut memberi pilihan kepada pembeli untuk menggunakan kantung plastik atau tidak, dengan catatan setiap kantung plastik yang digunakan dikenai biaya 200 rupiah. Pembeli dibebaskan apakah mau membeli atau tidak, namun tidak ada edukasi mengenai tas daur ulang. Ia pun kemudian memberi secara gratis kantung plastik. “Ini buat sosialisasi saja, jadi kantungnya gratis,” ucap kasir tadi.

Masih di sebuah minimarket (Alfamart, red) kali ini yang berlokasi di Mawar. Kasir perempuan di tempat tersebut juga menanyakan hal yang sama. Ditambahkan kasir tersebut, ika pembeli tidak mau membayar maka tidak akan diberi plastik. Sang kasir pun sama sekali tidak menyinggung soal tas daur ulang yang seharusnya dibawa pembeli saat berbelanja. “Kalau mau pakai kardus mie,” imbuh kasir.  

Di tempat terakhir (Alfamart, red) di kawasan Cilendek, kasir laki-laki di minimarket ini menanyakan hal sama. Namun, kali ini kasir memberitahu tentang program pengurangan sampah plastik dari pemerintah. “Bisa bawa tas dari rumah, ini untuk mengurangi limbah plastik,” jelas kasir.


Dari pantauan diatas, bisa disimpulkan jika penerapan plastik berbayar belum sepenuhnya sesuai dengan anjuran dari pemerintah. Seharusnya petugas kasir dapat mengedukasi pembeli untuk membawa kantung belanja sendiri dan bukan sekadar menawarkan plastik yang kini sudah dibanderol 200 rupiah. Harga tadi bagi pembeli memang bukan nominal yang besar, karena fakta di lapangan masyarakat lebih tetap memilih membayar plastik daripada harus repot. Dengan ini, esensi penerapan plastik berbayar untuk pengurangan sampah plastik belum dipahami secara baik oleh masyarakat. Dan penggunaan plastik tetap masih dipakai bahkan mungkin tidak akan berkurang sama sekali. (CJ/Fla)

G+

Jika Anda menyukai Berita ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman berita setiap ada berita yang terbit di XPOS NEWS

Print Berita Diatas

Print PDF

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 XPOS NEWS
Share on Blogger Music Free Download. Powered byMadiqtera