XPOSNEWS.com, (Bogor) - Puluhan pamplet berisi kritik sosial terpampang disejumlah titik jalan KH Sholeh Iskandar, tepatnya didinding jalan underpass, Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.
Pengamatan dilapangan, puluhan pamplet berisi kritik sosial itu antara lain bertuliskan, cek In dulu baru merdeka, Selfie edisi HUT RI dulu, baru merdeka?, Kemerdekaan tak harus diimani dengan #happy#independence#day#i #love # indonesia, Kemerdekaan kini dimeriahkan oleh suara broadcast message sudah terpangpang sebelum peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia.
Sementara itu Sandi Muhammad Ilham, Kepala Divisi Penelitian dan Tranformasi Sosia Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Brain (Bogor Raya Institute), saat diminta tanggapannya oleh XPOSNEWS.com, Senin (24/8/15) mengatakan kondisi politik saat ini sedang tidak menentu arahnya.
Terlihat semakin semraut, semraut hati, semraut pikiran, karna (ekonomi) rupiah kita hampir mati. Cemoohan, caci, maki, pujian, serta sifat emosional lainnya yg berbentuk kritik tidak akan lepas dari karakter masyarakat.
Kata Sandy, kritik bukan hanya hadir saat berdemontrasi. Masyarakat mulai berinovasi, menggunakan metode lain berupa pamplet atau alat media lainnya. Hal ini dikarenakan, kebosanan yang telah dilakukan dan tindakan aksi demontrasi yang terus menerus namun tetap tidak direspon baik oleh sang penguasa.
Disebutkan, bisa kita lihat dari beberapa pamplet yang terpasang di underpass jln. KH. Sholeh Iskandar dengan kalimat seperti "Berani ga Loo jadi calon pahlawan di negeri ini" bila kita telaah dari kebahasaan (semantik), kalimat ini menggambarkan bahwa tentang kerinduan kepada Pemimpin yang menjadi pahlawan bagi rakyatnya, yang mampu menolong, mengerti tata ekonomi, ketahanan pangan, kesenjangan sosial yang masih tidak stabil, hingga hukum tata negara yang saat ini belum dirasakan adil.
Perlu kita sadari dan Kita tahu dari dulu permintaan masyarakat sebetulnya tidak banyak, antara lain 1.nyenyak tidur 2.nikmat makan serta ke 3.nikmat hidup. Adapun Faktor faktor penunjang lain hanya berupa bonus untuk berkehidupan sosial dan bernegara. Maka kita simpulkan dari peristiwa tersebut, bahwa penguasa/pemimpin negara maupun daerah belum menjadi idola favorit bagi rakyatnya, tegas Sandy.(Mad)
TEKS FOTO : Sandi Muhammad Ilham, Kepala Divisi Penelitian dan Tranformasi Sosia
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Brain (Bogor Raya Institute)
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman berita setiap ada berita yang terbit di XPOS NEWS
Jika Anda menyukai Berita ini, Silahkan Print Berita Diatas
Print PDF
Posting Komentar