XPOSNEWS.com, (Bogor) - Puluhan mahasiswa Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) yang mengatasnamakan front pembela mahasiswa, menggelar aksi unjuk rasa di depan kampusnya, mereka menuntut kepada rektor UIKA Ending Baharudin, untuk mencabut peraturan Mahasiswa di cutikan, transparasikan Dana Mahasiswa UPM, Penuhi hak Mahasiswa berupa fasilitas yg layak.
Aksi ratusan mahasiswa sempet membuat kemacetan di ruas Jalan Raya Sholeh Iskandar, Kecematan Tanah Sareal, karena, ruas jalan tersebut separuhnya itu digunakan untuk melakukan aksi unjuk rasa. Selain berorasi, puluhan mahasiswa ini juga membakar ban sebuah simbol hancur dunia pendidikan di kampus UIKA serta mahasiswa juga membawa kranda jenazah.
"Aksi ini, kami lakukan untuk membuat rektor UIKA membuka diri, yang selama ini, tidak ada transfaransi dari pihak rektor," kata koordinator aksi, Muhammad Hafid, kepada awak media, Jumat (20/5/2016).
Ia mengatakan, pihak manejemen rektor UIKA sendiri, selama ini tidak ada tansfaransi apalagi sering mendiskriminasi mahasiswa terutama, mahasiswa yang tidak mampu, atau telat melakukan pembayaran, misalkan bayar ujian semester atau bayar mata kuliah.
"Kita sering di diskriminasi oleh pihak menejemen, namun, hal ini yang menjadi mahasiswa tidak terima dengan kebijakan yang dilakukan oleh pihak rektorat," ujarnya.
Jika mengacu pada peraturan undang-undang pasal 31 ayat 1, kata dia, sedikitnya 40 mahasiswa dicutikan dari beberapa fakultas yang ada di kampus UIKA, bahkan, mahasiswa sendiri sebenarnya sudah mengikuti peraturan dari kampus, misalan, mengikuti kegiatan belajar mengajar, mengikuti ujian ikut organisasi. Akan tetapi, pihak rektorat sendiri tidak mau mengerti.
"Hanya telat bayaran, mahasiswa banyak yang di cutikan, jika di hitum total, sekitar 40 mahasiswa yang di cutikan," jelasnya.
Ia menambahkan, dengan aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh puluhan mahasiswa ini, merupakan adanya kekecewaan yang selama ini, dilakukan oleh pihak rektorat. Tidak puas dengan aksi di depan kampus, puluhan mahasiswa aksi melakukan aksi di depan kantor rektorat. Jika kebijakan tersebut tidak di cabut oleh pihak rektorat, maka mahasiswa akan melakukan aksi dan melibatkan masa yang lebih banyak.
”Kalau tidak di cabut kebijakan tersebut, kami akan melakukan aksi dengan masa yang lebih banyak, bila perlu rektor segera turun dari jabatanya,” pungkasnya. (Mad).
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman berita setiap ada berita yang terbit di XPOS NEWS
Jika Anda menyukai Berita ini, Silahkan Print Berita Diatas
Print PDF
Posting Komentar