NEWS TICKER

Citizen Journalism

Dari Desa

Pariwara

Hukum

Kriminal

Ekobis

Otomotif

Teknologi

Twitter


Selasa, 29 September 2015

Kampung Urug Sudah Kehilangan Jatidiri


XPOSNEWS.com, (Sukajaya) - Abah Sukardi kokolot (tetua adat) Kampung Urug Tonggoh, Desa Urug Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor mengaku sangat malu menjadi kasepuhan Kampung Urug, karena kampung yang dikenal sebagai salah satu situs budaya adat tersebut sudah kehilangan maknanya. 

Semua  tetekon (aturan) karuhun sudah ditinggalkan oleh para  pemanggku adat Hal itu diungkapkan  Abah Ukar di rumahnya, Senin (28/9/15).

“Jangankan menjadi kokolot (tetua adat-red) jadi warga  biasa saja saya merasa malu, apa lagi di persimpangan jalan masuk tertulis  besar sekali papan nama Situs  Budaya Kampung Urug. 

Apa  yang dibanggakan di Kampung Urug saat ini, tak ada bedanya dengan kampung–kampung lainya,”tegasnya.   


Secara historis, lanjut dia, yang harus dipelihara dan dilestarikan  dari para leluhur  Kampung Urug adalah budaya  pertanian, sebab kata  Urug yang dibaca dibalik menjadi Guru sangat erat kaitannya dengan dunia tersebut. 

Hal ini tersirat dalam sejarah Kampung Urug yang selalu dikisahkan  dalam setiap upacara Seren Taun. Menurut Abah Ukar, Nyi Sri Pohaci yang mendapatkan menstruasi pada hari Jumat, baru ketahuan pada hari Minggu oleh ayahnya (Eyang Prabu) kemdian darah tersebut baru disiram dan mengenai tanah pada hari Senin.

“Di Jumat warga Kampung Urug dilarang ke sawah atau ladang, hari Minggu tidak boleh mengurus padi di sawah dan di hari Senin sama sekali tidak boleh berhubungan dengan padi, baik di sawah maupun di rumah, nutu (menumbuk padi) misalnya,”paparnya. 


Namun semua aturan yang pernah diwariskan itu sudah banyak yang dilanggar, diantaranya, tidak menanam padi berumur pendek seperti varitas sekarang ini, padahal leluhur kami mewajibkan menanam jenis padi Sri Kuning, Pare Beureum Cempa, Kewal, Raja Wesi, Limar serta  Ketang Gado yang umurnya diatas 5 hingga 7 bulan. Hal ini, lanjut Abah Kardi sangat berkaitan dengan kesuburan alam, juga  padi tidak boleh diheueleur, masih mengurus padi di hari Jumat dan Senin serta yang lainnya.

“Beberapa dari kami (kasepuhan) sudah melakukan itu. Apa yang diwariskan para leluhur sudah banyak yang  dilanggar. Dahulu warga kami menolak beras raskin, sekarang ini malah berebut,” ujarnya. Ukar berharap pihak Pemkab Bogor segera turun tangan mengatasi hal tersebut. Diantaranya dengan mengembalikan Kampung  Urug menjadi kampung adat sesungguhnya. Caranya dengan menjadikan Kampung  Urug sebagai plasma nuftah varitas padi yang sekarang ini masih ada.  Agar kelestarian benih padi tetap terjaga.

“Seperti di wilayah Cianjur yang mengharuskan menanam padi  varitas tertentu dan dibeli dengan harga mahal,”pungkasnya. Namun tudingan dari Abah Ukar itu  ditepisa Kasepuhan Cipatat Kolot, Abah Memed. Menurutnya khusus untuk dirinya, padi masih ditumbuk, walaupun sudah tidak banyak lagi yang mau menumbuk padi.

Sementara itu. Sekdes Urug Chandra mengungkapkan bahwa pihak Pemerintahan Desa sudah mengupayakan  agar para kasepuhan menanam padi varitas asal dan menanam serempak. Saat dlkumpulkan di kantor desa , mereka sepakat, namun dalam prakteknya tetap saja tidak sama tergantung ego mereka masing-masing.

“Terus terang saja sebagai generasi muda yang lahir dan besar di Kampung Urug, saya merasa sangat prihatin kalau sebutan kampung budaya hanya sebatas papan nama saja, ruhnya sudah hilang tergerus jaman,”pungkasnya. (Dadang HP)

G+

Jika Anda menyukai Berita ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman berita setiap ada berita yang terbit di XPOS NEWS

Print Berita Diatas

Print PDF

Posting Komentar

 
Copyright © 2015 XPOS NEWS
Share on Blogger Music Free Download. Powered byMadiqtera