Oleh : Hilda Septriani (*)
Dongeng atau cerita rakyat merupakan warisan nenek moyang yang diceritakan secara turun temurun sebagai hasil dari perkembangan budaya dalam sebuah masyarakat. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada satu pun masyarakat yang tidak memiliki cerita rakyat, baik itu yang berupa legenda, mitos, sage ataupun hanya sekedar dongeng belaka. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan pengertian dari dongeng, salah satunya yaitu Danandjaja (2007: 83), menurut beliau dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan. Selanjutnya dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral) atau bahkan sindiran. Pengisahan dongeng mengandung harapan-harapan, keinginan-keinginan, dan nasihat baik yang tersirat maupun tersurat.
Kendati dianggap sebagai cerita khayalan namun dongeng memiliki fungsi yang positif, khususnya pada anak-anak, seperti mengajarkan nilai moral yang baik, mengembangkan daya imajinasi, menambah wawasan, meningkatkan kreativitas bahkan dapat juga mendekatkan hubungan anak dengan orang tuanya. Di samping fungsinya yang beragam, dongeng juga memiliki ciri-ciri yang variatif contohnya menjadi milik bersama dari masyarakat tertentu, bersifat anonim dan penyebaran serta pewarisannya dilakukan secara lisan (Danandjaja, 2007: 3)
Dongeng atau cerita rakyat sampai sekarang seperti tidak kehilangan pamornya, bahkan ada yang disebut sebagai dongeng sepanjang masa seperti Cinderella atau Upik Abu, Putri Tidur (sleeping beauty), Putri Salju (Snow White), dll. Bagaimana pun juga tetap diperlukan usaha untuk melestarikan keberadaan dongeng-dongeng tersebut, salah satunya yakni dengan cara perubahan gaya penyampaian oleh para penutur. Tidak hanya itu, perubahan versi sering pula ditemukan bila dongeng itu menyebar ke negara-negara lain atau daerah-daerah lain yang masyarakatnya memiliki lingkungan budaya yang berbeda-beda pula karena faktor sosial, politik, geografis dan kebudayaan setempat yang sejatinya juga memegang peranan yang besar.
Dongeng atau yang dikenal dengan fairytale dalam bahasa Inggris juga sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dongeng di satu negara dapat memiliki persamaan dengan dongeng di negara lain, walaupun tetap saja ada perbedaan yang muncul dalam kedua dongeng yang berbeda negara tersebut. Dalam tulisan ini, penulis akan mengkaji persamaan dan perbedaan dalam dongeng yang berkembang di Jerman yang berjudul Dornröschen dengan dongeng versi Walt Disney di Amerika Serikat yang berjudul Princess Aurora (Sleeping Beauty).
Pangeran sebagai Penyelamat
Sosok pangeran banyak digambarkan dalam dongeng-dongeng yang berkembang di masyarakat manapun, termasuk dalam dongeng Dornröschen dengan dongeng Princess Aurora. Hal ini salah satunya disebabkan karena dongeng merupakan bagian dari folklor yang berisikan mitos-mitos yang dapat mirip satu dengan yang lain sehingga adanya yang disebut oleh Carl Gustav Jung sebagai kesadaran bersama yang terpendam pada setiap umat manusia yang diwarisinya secara biologis (Rafiek, 2012 : 55). Itulah sebabnya tema-tema dongeng yang sama bisa bermunculan di berbagai tempat dan masa yang berbeda. Kita dapat menemui tema putri yang diselamatkan oleh pangeran seperti dalam dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih atau Cinderella, Putri Salju (Snow White) dan Putri Tidur (Sleeping Beauty).
Pangeran selalu dideskripsikan sebagai pria yang tampan, gagah dan pemberani, lengkap dengan kuda yang ditungganginya. Dalam beberapa dongeng tokoh pangeran senantiasa digambarkan mencari cinta sejati dari sang putri dan terkadang justru ia mendapatkan ketulusan cinta dari perempuan yang diselamatkan olehnya. Cinta memang bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja. Oleh karena itu dalam kehidupan nyata, saat beranjak dewasa banyak perempuan yang mengkhayalkan dapat berjumpa dengan “Pangeran” atau “Ksatria Berkuda Putih” dan hidup bahagia seperti dalam dongeng.
Dalam dongeng Putri Tidur dan Dornröschen yang menjadi objek kajian penelitian ini, penulis dapat menganalisis persamaan dan perbedaan di antara keduanya. Selain itu juga adanya motif yang dimunculkan yakni pangeran yang datang menolong putri untuk menyelamatkannya dari kutukan peri jahat. Dongeng Dornröschen (Sleeping Beauty) pada awalnya ditulis oleh Charles Perrault sekitar abad ke-17, seorang penulis dongeng dan puisi asal Perancis. Kemudian ditulis dengan versi yang berbeda oleh Jacob dan Wilhem Grimm atau lebih dikenal dengan sebutan Grimm bersaudara yang berasal dari Jerman. Beratus tahun setelahnya sebuah perusahaan yang sering memproduksi dongeng-dongeng khayalan menjadi suatu karya yang utuh dan berdaya jual tinggi yaitu Walt Disney Company menciptakan versi tersendiri dari Sleeping Beauty yang diberi nama Princess Aurora pada tahun 1959.
Berbagai karya yang lahir dari dongeng-dongeng karya Grimm bersaudara membuktikan bahwa dongeng Grimm bersaudara mampu hidup dan tetap terkenal di era modern. Selain itu proses pewarisan dongeng Grimm bersaudara dari generasi ke generasi pun terus berlangsung. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan apa yang menyebabkan dongeng-dongeng Grimm bersaudara tersebut dapat terus hidup sampai saat ini. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa Grimm bersaudara mampu menciptakan karakter yang unik dan abadi melalui tokoh-tokoh dalam dongengnya, seperti yang disampaikan oleh O‟Neill (1999) dalam artikelnya yang berjudul Guardians in Grimm Brother’s Fairy Tales, menyebutkan bahwa dibalik dongeng-dongeng dunia yang sangat sederhana namun indah sesungguhnya sarat dengan inisiasi, termasuk dongeng-dongeng Grimm bersaudara. Berikut akan penulis paparkan dongeng Dornröschen atau Putri Tidur versi Grimm Bersaudara.
Pada zaman dahulu kala, hidup lah seorang raja dan ratu yang tidak memiliki anak dan mereka merasa sangat sedih. Tetapi di suatu hari, ketika sang ratu berjalan di tepi sungai, seekor katak muncul dari dalam air dan berkata, "Apa yang kamu inginkan akan terpenuhi, dan kamu akan segera mempunyai seorang putri.” Apa yang ikan kecil tersebut ramalkan menjadi kenyataan dan sang ratu melahirkan seorang gadis kecil yang sangat cantik sehingga sang raja merasa gembira dan mengadakan perjamuan yang mewah. Mereka mengundang semua sanak keluarga, teman dan seluruh penduduk di kerajaannya. Semua peri yang ada dikerajaannya juga turut diundang agar mereka dapat ikut menjaga dan memberikan berkah kepada putri kecilnya. Di kerajaannya terdapat tiga belas orang peri dan sang Raja hanya memiliki dua belas piring emas, sehingga raja tersebut memutuskan untuk mengundang dua belas orang peri saja dan tidak mengundang peri yang ketiga belas. Semua tamu dan peri telah hadir dan setelah perjamuan mereka memberikan hadiah terbaiknya untuk putri kecil itu, ada peri yang memberikan kebaikan, kecantikan, kekayaan, begitu pula dengan peri-peri yang lainnya sehingga putri kecil itu hampir mendapatkan semua hal-hal yang terbaik yang ada di dunia.
Ketika peri yang ke sebelas selesai memberikan berkahnya, peri ketiga belas yang tidak mendapat undangan dan menjadi sangat marah itu datang dan membalas dendam. Dia berkata, "Putri raja dalam usianya yang kelima belas tahun akan tertusuk oleh jarum jahit dan meninggal." Kemudian peri yang kedua belas yang belum memberikan berkahnya kepada sang Putri berkata bahwa kutukan yang dikatakan oleh peri ketiga belas tersebut akan terjadi, tetapi dia dapat memperlunak kutukan itu dan berkata bahwa sang Putri tidak akan meninggal, namun hanya jatuh tertidur selama seratus tahun.
Raja berharap dapat menyelamatkan putri kesayangannya dari ancaman kutukan itu dan memerintahkan semua jarum jahit di istananya harus dibakar. Sementara itu, semua berkah yang diberikan oleh peri-peri tadi terwujud, sang Putri menjadi sangat cantik, baik budi, ramah dan bijaksana, hingga semua orang menyukainya. Tepat pada usianya yang kelima belas, raja dan ratu harus pergi meninggalkan istana dan sang Putri ditinggalkan sendiri di istana. Sang Putri menjelajah istana sendirian dan melihat kamar-kamar yang ada pada istana itu, hingga akhirnya dia masuk ke satu menara tua di mana terletak satu tangga sempit menuju ke atas yang berakhir dengan satu pintu kecil. Pada pintu tersebut tergantung sebuah kunci emas, dan ketika dia membuka pintu tersebut, dilihatnya seorang wanita tua sedang menjahit dengan jarum jahit dan kelihatan sangat sibuk.
"Hai ibu yang baik," kata sang Putri, "Apa yang kamu lakukan disini?"
"Menjahit dan menyulam," kata wanita tua itu, kemudian menganggukkan kepalanya.
"Betapa cantiknya hasil sulamanmu!" kata sang Putri, dan mengambil jarum jahit dan mulai ikut menyulam. Tetapi secara tidak sengaja dia tertusuk oleh jarum tersebut dan apa yang diramalkan sewaktu dia masih kecil pun terjadi, sang Putri jatuh tertidur ke tanah. Seperti yang diramalkan bahwa walaupun sang Putri akan tertusuk oleh jarum jahit, sang Putri tidak akan meninggal, melainkan hanya akan tertidur pulas. raja dan ratu yang baru saja pulang ke istana beserta semua menteri juga jatuh tertidur, kuda di kandang, anjing di halaman, burung merpati di atap dan lalat yang berada di dinding, semuanya jatuh tertidur. Bahkan api yang sedang menyala menjadi terhenti, daging yang dipanggang menjadi kaku bahkan tukang masak juga jatuh tertidur, semuanya tertidur pulas dan diam.
Dengan cepat tanaman-tanaman liar berduri di sekitar istana tumbuh dan memagari istana. Setiap tahun bertambah tebal dan tebal hingga akhirnya semua tempat telah dikelilingi oleh tanaman tersebut dan menjadi tidak kelihatan lagi. Bahkan atap dan cerobong asap juga sudah tidak dapat dilihat karena telah tertutup oleh tanaman tersebut. Tetapi kabar tentang putri cantik yang tertidur menyebar ke seluruh daratan sehingga banyak pangeran mencoba untuk datang dan berusaha untuk masuk ke dalam istana itu. Namun mereka tidak pernah berhasil karena duri dan tanaman yang terhampar menjalin dan menjerat mereka sehingga akhirnya mereka tidak dapat maju lagi. Kemudian ada seorang pangeran yang mendengar cerita mengenai Putri Tidur tersebut berkata: "semua cerita ini tidak akan menakutkan saya, saya akan pergi dan melihat Putri Tidur tersebut."
Saat pengeran tersebut hendak menolong sang Putri tepat bertepatan dengan seratus tahun dari hari di mana sang putri tertusuk jarum sehingga tanaman berduri itu dapat dilalui dengan mudah oleh pangeran karena seolah membuka jalan bagi pangeran untuk masuk ke dalam. Ketika pangeran tersebut akhirnya tiba di istana, dilihatnya anjing yang ada di halaman sedang tertidur, begitu juga kuda yang ada di kandang istana dan burung merpati yang juga tertidur di atap dengan kepala di bawah sayapnya. Ketika pangeran masuk ke istana, dia melihat tukang masak yang juga tengah tertidur.
Ketika pangeran masuk lebih ke dalam, semuanya terasa begitu sunyi sehingga dia bisa mendengar suara nafasnya sendiri. Kemudian dia tiba di menara tua dan membuka pintu di mana Putri Tidur tersebut berada. Putri Tidur terlihat begitu cantik sehingga sang Pangeran tidak dapat melepaskan pandangannya dari sang Putri. Sang Pangeran lalu berlutut dan mencium sang Putri. Saat itulah sang Putri membuka matanya dan terbangun, lalu ia tersenyum kepada sang Pangeran karena dengan begitu kutukan sang peri ketiga belas telah patah.
Mereka berdua lalu keluar dari menara tersebut dan saat itu raja dan ratu juga telah terbangun termasuk semua menterinya yang saling memandang dengan takjub. Kuda-kuda istana pun terbangun dan meringkik, anjing-anjing juga melompat bangun dan menggonggong, burung-burung merpati di atap mengeluarkan kepalanya dari bawah sayapnya, melihat sekeliling lalu terbang ke langit, api di dapur kembali menyala dan tukang masak pun terbangun dari tidur panjangnya. Setelah kejadian tersebut raja dan ratu mengadakan pesta pernikahan untuk sang Putri dan Pangeran yang berakhir dengan kebahagiaan sepanjang hidup mereka.
Secara garis besar dongeng Dornröschen versi Grimm bersaudara mempunyai persamaan dengan dongeng Princess Aurora yang diciptakan oleh Walt Disney, baik itu dari tokoh-tokoh utamanya seperti raja, ratu, putri tidur, pangeran dan adanya peri yang baik dan jahat. Selain itu juga konflik yang melingkupi ceritanya yaitu seorang putri yang dikutuk oleh peri jahat karena rasa sakit hati peri jahat tersebut yang tidak diundang ke pesta perjamuan yang diadakan oleh raja, yang tidak lain adalah ayah dari putri tersebut. Sampai akhir ceritanya pun dapat dikatakan sama yakni ada seorang pangeran yang menyelamatkan sang putri yang tengah tertidur lelap akibat kutukan peri jahat dengan cara mencium putri tidur tersebut.
Namun selain persamaan yang telah dipaparkan di atas terdapat juga perbedaan yang mengiringi cerita tersebut. Perbedaan yang paling menonjol dapat dilihat dari latar tempat dongeng tersebut dideskripsikan yaitu Dornröschen dengan latarnya di Jerman dan Princess Aurora yang diceritakan latar tempatnya di Amerika. Perbedaan selanjutnya yang penulis temukan yakni jumlah peri yang diundang ke pesta yang diselenggarakan oleh raja. Dalam Dornröschen, jumlah peri yang diundang yaitu dua belas karena hanya ada 12 piring emas di istana dan yang mengutuk putri raja ialah peri ketiga belas yang tidak diundang. Sedangkan dalam Princess Aurora, peri yang datang ke pesta berjumlah tiga orang dan digambarkan dengan peri yang memakai gaun berwarna kuning, biru dan pink. Sedangkan peri keempat yang tidak diundang ialah peri jahat yang pada akhirnya mengutuk sang putri.
Selain itu juga ada perbedaan yang cukup mencolok di antara keduanya, putri tidur dalam dongeng Dornröschen diceritakan tetap tinggal di dalam istana bersama orang tuanya. Hanya saja raja dan ratu memerintahkan kepada para pengawalnya untuk membakar semua jarum yang ada di istana karena khawatir jika sang putri tertusuk jarum maka akan terkena kutukan di umurnya yang ke lima belas tahun. Lain halnya dengan cerita Princess Aurora, sang putri diperintahkan oleh raja dan ratu untuk tinggal di hutan bersama ketiga peri yang memberikan kebaikan padanya. Namun walaupun sudah dilindungi oleh peri-peri yang baik tetap saja kutukan dari peri jahat yang diberikan pada putri tersebut di umur ke enam belas tahun menimpa dirinya sehingga membuatnya tidur selama seratus tahun.
Referensi :
Grimm, Jacob. & Grimm, Wilhem. 1857. Kinder- Und Hausmärchen Band 1. Göttingen: Verlag der Dieterichschen Buchhandlung.
Grimm, Jacob & Wilhelm. (a) Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara. Terjemahan dari Nita Iskandar. 2011. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Danandjaja, James. 2007. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
O‟Neill, Thomas. 1999. “Guardians in Grimm Brother‟s Fairy Tales” dalam The Journal of American Folklore Vol. 90. New York: Jstor.
Rafiek, M. 2012. Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik. Bandung: PT Refika Aditama.
Online :
http://www.grimmstories.com/de/grimm_maerchen/dornroschen, diakses pada tanggal 23 Oktober 2015, pukul 17.13 WIB
http://www.anneahira.com/princess-aurora.htm, diakses pada tanggal 23 Oktober 2015, pukul 18.05 WIB
(*) Penulis kelahiran 12 September 1992 di Bogor. Saat ini tengah menempuh studi Magister Ilmu Sastra di Universitas Padjadjaran Bandung.
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman berita setiap ada berita yang terbit di XPOS NEWS
Jika Anda menyukai Berita ini, Silahkan Print Berita Diatas
Print PDF
Posting Komentar